WARTECHNO.COM - Kendati baru populer di era 60an, motor trail boleh dikatakan sudah memiliki sejarah panjang . Beragam inovasi dilakukan oleh para penggiat industri sepeda motor agar motor garuk tanah ini memiliki performa sempurna.
Kebaanyakan untuk pengembangan dan inovasi, sebelum di pasang ke motor jenis lain, biasanya produk di uji dan digunakan terlebih dahulu pada motor trail. Dari sekian riset dan inovasinya adalah, shoc breker tunggal jenis monoshock. Sejak saat itu hingga sekarang digunakan pada motor bebrbasis motor sport, jika di motor matik dan skuter disebut singgle shock.
Kepopuleran monoshock yang diawali dari motor trail diawali sejak tahun 1968. Saat itu digunakan pada motor trail produk Cekoslowakia dengan merek CZ dan model motor CZ 380. Designer Builder nya bernama Lucien Tilkens dengan karyanya sistem monoshock menggunakan suspensi gas. Tilkens memanfaat teknologi mobil Citroen, dengan penerapan system suspensi.Konsep Tilkens pada monoshock buatannya dengan pola kerja mengubah titik tekanan suspensi / load, ke segitiga depan / steering head.

Sistem suspense buatan Tilkens berbeda dengan system dual shock, yang titik tekan suspensinya ke subframe belakang.DanTilkens meyakini konsep ini menghasilkan titik tekan suspensi lebih ke tengah motor. Anggapan dan perhitungannya akan lebih stabil, saat suspensi berkerja di titik ekstrim seperti bottoming atau efek mentok atau bahasa gaul terkini jedug.
Kelebihan suspensi monoshock denan keistimewaan jarak main suspense atau travel lebih panjang. Makanya pertama kali di uji di kotor motocross, karena cocok dengan kebutuhan dan kinerja motor motocross. Kemudian, Tilkens menawarkan konsep monoshock ke beberapa pabrikan motor, terutama yang mempunyai racing team yang berkompetisi di motocross.

Yamaha menjadi pabrikan pertama yang merespon konsep Tilkens dan membeli hak paten monoshock. Pabrikan motor Jepang berlogo Garputala menerapkan system monoshock pertama kali pada motor trail YZM250 ditahun 1973. Upaya Yamaha setelah memasang monoshock pada motor balap motocross berbasis YZM250 pembalapnya, Hakan Andersson memenangkan kejuaraan. Saat itulah, performa YZM250 lebih impresif dengan tingkat kesetabilan lebih mumpuni dan berhasi menjuarai kejuaraan Motocross World Champion kelas 250 cc di tahun 1973. Yamaha lalu mematenkan sustem suspense monoshock nya di patenkan dengan nama monocross.
Kemudain, Yamaha menerapkan system Monocross di aplikasi ke motor balap road race yang diyakini Yamaha akan mengobati buruknya handling. Yamaha menganalisa permasalahan pada titik tekan dibebankan ke subframe. Juga mendesain rangka belakang di kontruksi lebih kompak yang dapat mengurangi bobot motor.
Nilai lebih suspensi monoshock juga akan mempermudah setingan yang sesuai dengan karkater motor dan pebalapnya. Jadi, saatnya meninggalkan setingan dual shock yang ketika disetel harus memiliki titik yang sama agar tidak pincang
Aplikasi monoshock Yamaha di motor balap On Road atau road race dengan rasa performa motocross terpasang di motor besutan Giacomo Agostini . Pebalap Italia dengan Yamaha di YZR350 tahun produksi 1973, sukses menjuarai MotoGP tahun 1974.
Kini, sesuai kebutuhan teknologi motor masakini, perangkat monoshock banyak mengalami perubahan dan inovasi soal desain dan kinerja sistem monoshock. Salah satu poin hasil pengembangan monoshock adalah, beban titik tekannya di topang pada bagian tengah sasis, yang sebelumnya tumpuannya berada di segitiga depan.
Kemajuan monoshock hadir dengan meninggalkan system konvensional, yaitu tidak lagi diikat di lengan ayun. Saat ini, system link dengan kemmampuan jarak travel lebih panjang yang dapat di sesuaikan lubang linknya. Keunggulan system link, beban monoshock berbagi dengan link yang bekerja mentransfer peredaman kejut belakang. Makanya system ini membuat efek main suspensi ditekan berikut perdaman bagian penghubung berbentuk roller dan plat link.